algoritma menurunkan fungsi implisit
Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat. Pendidikan sepanjang hayat, atau pendidikan dari nol hingga nol.Semua istilah kadang menjadi begitu berbeda di dalam pengamalannya. Ilmu hanya menjadi pengetahuan yang tak tembus ke hati, tak nyata dalam amalan. "Ada yang salah dalam pendidikan kita!" Benar! Sebagai akibat, tentu "Ada yang benar dalam pendidikan kita." Kita harus optimis.
Assalaamu'alaikum!
Selasa, 06 November 2018
Senin, 05 November 2018
Cerpen: LEGENDA CINTA
I. Episode Cinta Monyet
Bagi Bintang, bumi ini adalah bumi
baru.
Dulu bumi hanyalah hamparan tanah, sawah, gunung dengan latar belakang
langit biru. Dulu semua diam. Sekarang bumi telah berubah menjadi indah sejak mengenal Kartika.
“Aku boleh pinjam pulpenmu?” tanya Bintang serius.
“Boleh ….. mau yang mana?” kata Kartika sambil
tersenyum.
“Bener boleh ya?” kata Bintang sambil mengambil
ballpoint Pilot.
Dengan sengaja ia menyentuhkan jarinya ke jari Kartika.
Jantung Bintang berdetak keras. Bulu-bulu halus di kedua tangannya meremang
memberi isyarat rasa aneh yang berdesir dalam hatinya.
Pulang sekolah Kartika tidak tahu
betapa Bintang berjingkrak-jingkrak dengan bahagia. Kartika tidak tahu pula jika
pulpennya dipeluk Bintang selama tidur.
Pagi hari.
“Kartika, pulpenmu hilang … gimana nih?”
“Emmm, gimana tuh? Ganti dong!”
Hari itu Bintang berteriak kegirangan sambil
berjingkrak-jingkrak. Pulpen Kartika akhirnya menjadi miliknya. Ia merasa tak
banyak akal untuk memiliki kenang-kenangan dari Kartika, kecuali dengan akal
bulus.
II. Episode Putih Abu-abu
Kantin Sekolah .
“Bintang, sebentar lagi kita lulus."
"Insya Allah..."
" Bintang jadi ke
Yogya?”
“Jadi laah. Aku harap tempat kuliah bukan
penghalang cinta kita. Biarkan aku ke Yogyakarta, Kartika ke Bandung. Suatu
saat akan ada sebuah keluarga, dimana anak-anak dapat dongeng tentang Yogya, Bandung dan Majalengka."
"Iya"
"Bandung? Mantap ke kota itu kan? Bukankah orang tua Kartika asli Bandung?”
“Iya, aku sekalian pulang kampung. Pulang
kota.”
“Kartika.”
“Apa?"
"Bagi Bintang, kantin ini mungkin kantin
yang paling indah sedunia, karena ada Kartika yang selalu menemani aku …..”
“Aaaahhh…. bisa saja kamu! Bilang saja aku yang
selalu nraktir!” kata Kartika sambil tertawa.
Bintang cemberut, namun sebenarnya ia suka digoda seperti itu.
“Kartika, kita UNBK Maret .”
“Ya
sebentar lagi.”
“Usai
UNBK kita akan jarang bermain lagi
di SMA ini….”
“Aaaahhh Bintaaaang …… jadi pengen nangis
niiih!” kata Kartika sambil menjentik jari Bintang.
III. Episode Tak Pernah Ingkar Janji
Hari itu alunan gamelan degung
berhenti.
Prosesi pernikahan antara Bintang dan Kartika akan segera
berlangsung.
“Wahai Bintang, engkau nikahkan dengan putriku, Kartika Aruming Pertiwi, dengan maskawin seperangkat alat sholat dan sebuah
ballpoint Pilot, dibayar tunai!”
“Aku terima nikahnya Kartika ………………….”
Mendengar ballpoint pilot disebut, Kartika
terhenyak. Pikirannya jauh melayang ke masa-masa SMP.
Usai perhelatan di sore hari.
Di tangan Kartika
ada ballpoint Pilot maskawin. Kartika mencium ballpoint itu.
“Aa, aku sama sekali tak berfikir A Bintang
masih menyimpan ballpoint ini. Walaupun dulu bilang pura-pura hilang.”
“De Tika sayang,
benda inilah yang menemani cintaku padamu selama ini. Sebelas tahun sejak kita
kelas II SMP hingga lulus S2, Kartika. Ini
waktu yang sangat lama sayang. Benda inilah yang memberiku
semangat dan keyakinan untuk berprestasi.”
“Och ….”
“Prestasi tertinggiku bukanlah gelar magister,
tetapi prestasi tertinggiku karena Allah mengabulkan Kartika menjadi bidadariku
yang bukan lagi berbentuk ballpoint, tetapi Kartika yang nyata ……. yang sejak dulu
aku kagumi.”
IV. Episode Kuburan
Tanpa berpamitan kepada anak cucunya, Bintang
dan Kartika menuju ke sebuah pekuburan.
Keduanya
memandang berkeliling di area pekuburan.
“Kakek ……. enggg …. umur kita sudah berapa ya?”
“Seratus tahun lewat sedikit.”
“Kenapa kita nggak mati-mati ya?”
“Nenek ingin tahu?”
“Ya sayang….”
“Karena cinta, sayang. Kita menjadi panjang
umur karena cinta. Cinta yang membahagiakan membuat tubuh kita sehat. Optimis
menjalani hidup. Pikiran tenang dengan cinta yang murni, bukan cinta palsu.
Saat ini tubuh kita memang sudah tak keruan lagi, peot keriput. Tapi cinta kita
tak pernah tua …..”
Lelaki tua itu memegang pundak istrinya.
Istrinya memandang wajah suaminya. Dibenamkannya kepala wanita yang dicintai ke
dadanya.
“Kartika….. aku mencintaimu sampai mati….”
“Cintaku juga abadi Bintaaang …..”
Siang itu angin pekuburan semilir.
Beberapa kelopak daun kamboja jatuh di tanah.
Sepasang legenda cinta itu berbahagia. Keduanya
menatap deretan batu-batu nisan. Mereka sedang berfikir untuk mencari posisi istirahat
lama di alam barzah secara berdampingan.
Dalam cinta. ***
Majalengka 2016
Langganan:
Postingan (Atom)