Usai shalat ‘Isya, Haryo membuka tas kerja. Tangannya mengambil kotak ballpoint Parker yang baru dibelinya tadi siang di Grage Mall Cirebon tadi siang. Ia tatap sejenak ballpoint seharga setara sepatu nike serie Kevin Durant miliknya. Haryo tersenyum. Kepalanya menggeleng dan alis diangkat. Sejurus kemudian ia masuk ke bilik kerja.
“Belum beres sayang?” tanya Haryo sambil duduk di
samping Ningtyas, istrinya.
“Belum. Baru juga mulai. Sudah makan Mas?”
“Malas makan sendiri.”
“Jangan kayak anak kecil. Makan untuk kesehatan.
Ayolah Mas.”
“Kamu sendiri sudah makan?”
“Belum.”
“Kalau begitu ayo makan bareng!”
“Tanggung Mas.”
“Hmh …. aku suka
nggak paham apa maksudnya makan untuk kesehatan ….. “ Haryo bergumam.
“Apaan?”
“Nggak…. nggak
apa-apa….” kata Haryo seraya tertawa.
“Pinjam ballpoint Mas, punyaku habis….” kata Ningtyas
sambil menyorongkan telapak tangan.
“Naaaahhh……. kebetulan …… ini!” kata Haryo girang
sambil meletakkan kotak ballpoint Parker di depan istrinya.
“Apa ini?”
“Ballpoint.”
“Ballpoint mahal.”
“Kamu tahu ini ballpoint mahal?”