Juli. Tahun Pelajaran baru 2017/2018.
Di depan papan pengumuman kurikulum, Elva mencari-cari pulpen yang dibawanya. Sedianya gadis itu akan mencatat jadwal pelajaran yang ditempel, namun ada kendala. Ia mencoba mencari kembali sambil meraba saku dan membuka dompet yang dipegangnya. Tak ada.
"Elvaaa.... cari apa?" ada suara bertanya di dekatnya. Gadis menoleh. Haryo. Demi melihat yang datang, gadis itu mendesah sambil menggeleng.
"Nggak nyari apa-apa."
"Ini aku kasih pinjam ballpoint. Butuh ballpoint kan? Bagus lho El." Kata Haryo seraya menyorongkan ballpoint Parker.
"Hmh ... enggak terima kasih."
"Ini ballpoint mahal El, harganya lima ratus ribu. Aku beli di Gramedia Cirebon."
"Iya, percaya...."
"Beneran El, aku ingin kasih ballpoint ini buat kamu. Buat kenang-kenangan, sebab sebentar lagi nanti kita lulus."
"Terima kasih, enggak."
"El, sekali iniiiii saja.... please! Terima ya El ...."
Di depan papan pengumuman kurikulum, Elva mencari-cari pulpen yang dibawanya. Sedianya gadis itu akan mencatat jadwal pelajaran yang ditempel, namun ada kendala. Ia mencoba mencari kembali sambil meraba saku dan membuka dompet yang dipegangnya. Tak ada.
"Elvaaa.... cari apa?" ada suara bertanya di dekatnya. Gadis menoleh. Haryo. Demi melihat yang datang, gadis itu mendesah sambil menggeleng.
"Nggak nyari apa-apa."
"Ini aku kasih pinjam ballpoint. Butuh ballpoint kan? Bagus lho El." Kata Haryo seraya menyorongkan ballpoint Parker.
"Hmh ... enggak terima kasih."
"Ini ballpoint mahal El, harganya lima ratus ribu. Aku beli di Gramedia Cirebon."
"Iya, percaya...."
"Beneran El, aku ingin kasih ballpoint ini buat kamu. Buat kenang-kenangan, sebab sebentar lagi nanti kita lulus."
"Terima kasih, enggak."
"El, sekali iniiiii saja.... please! Terima ya El ...."