Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Kamis, 12 Juni 2025

Cerpen: CALON BESAN

         Sore hari pulang kerja Sarjito merasa badannya tidak enak.

Tengkuk terasa kaku. Kepala nyut-nyutaan. Makanya setelah meletakkan tas, pemuda itu tidak langsung ke kamar mandi seperti biasanya, tetapi langsung berbaring di kamar. Melihat anaknya berbaring pulang kerja, perempuan itu menggelengkan kepala.

“Jitooo…. badanmu kotor, mandi dulu.”

“Ada air panas Bu?”

“Ada. Buat mandi? Di termos ibu baru menjerang. Ayo!”

“Ya Bu.”

“Kamu sakit?”

“Mungkin Bu. Badan tidak enak, kepala ini ….hhhh…… nyut-nyutan!”

“Ya sudah, mandinya cepetan, asal menghilangkan keringat, jangan lama-lama. Ntar selimutan yang rapat, biar hangat, ntar bangun sudah enak.”

“Iya kalau enak. Kalau keterusan bagaimana Bu? Besok aku harus mendampingi Pak Bupati ke Srandil, peresmian sentra industry kecil. Malu Bu!” Kata Sarjito sembari bangkit dari rebahan.

“Ya sudah, mandi cepet, ntar habis mandi langsung ke dokter Prayit! Mumpung masih siang!”

Pemuda yang bekerja sebagai ajudan bupati itu menuruti kata ibunya. Selesai mandi ia mengeluarkan motor besarnya. Sakit kepala yang dirasa masih bisa ditolerir kalau hanya sekedar naik motor. Lagi pula jarak rumah ke dokter langganannya itu tidak terlalu jauh. Hanya lima menit kecepatan empat puluh kilometer per jam.

Sampai di tempat praktek antrian sudah dimulai. Sarjito mengambil nomor antrian. Angka 13 ia pandangi sejenak, kemudian bertanya ke pasien lain yang duduk di ruang tunggu. Ketika dapat informasi baru nomor urut delapan, ia keluar ruangan tunggu. Kakinya melangkah ke dekat kolam kecil di halaman rumah dokter. Sementara pasien yang datang sore itu lumayan banyak. Kebanyakan dari mereka terdengar batuk. Sepertinya di musim pancaroba menjelang kemarau, batuk menjadi tren.

Sekitar lima menit lewat Sarjito membunuh waktu dengan main HP. SMS yang tidak penting ia hapus. Rekaman-rekaman suara yang lama juga ia hapus. Namun kegiatan pemuda itu terhenti ketika ia mendengar suara rintihan tak jauh dari tempatnya duduk. Ia melihat ada wanita muda jongkok tidak jauh darinya. Perempuan itu pucat wajahnya. Beberapa kali kelihatan oleh Sarjito perempuan itu meringis. Kemudian memegangi perutnya. Dengan tidak disadari Sarjito bangkit mendekat.

“Maaf Mbak ….. perutnya sakit?” tanya Sarjito yang ikut jongkok di samping perempuan muda itu. Yang ditanya menengok, sambil menggigit bibir ia mengangguk.

“Ssss…sakit .”

“Giliran nomer berapa?”

“Itu …… “ kata perempuan muda itu seraya menunjuk nomor antrian yang telah tergeletak di paving-block. Sarjito kaget melihat angka yang tertera : 23.

“Maaf, Mbak dengan siapa ke sini?”

“Sen…ss….sendirian.”

“Sendirian?”

Ya.”

“Kalau begitu pakai nomor saya saja, nih 13! Sudah hampir, ayo ke dalam! Maaf!” kata Sarjito seraya memegang pergelangan