Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Senin, 18 Mei 2015

Edukasi - Tokoh : GURU TERSABAR DI DUNIA

Kelas IV B - SD Bobotsari 3 - Tahun 1975
yang dilingkari: Aku

Tahun 1976.
Saya bersekolah di SD Bobotsari III, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Di tahun 1976 saya duduk di kelas V, guru kelas saya adalah Ibu Suparti (tetapi bukan yang ada dalam foto di atas). Ibu Suparti inilah tokoh legendaris bagi saya yang akan saya ungkap kisahnya.
Di tahun itu SD saya cukup memprihatinkan. Sekolah yang dikelilingi sawah di bagian belakangnya, dindingnya dari bilik (lihat gambar di belakang kanan kami). Bolong di sana-sini. Jika sedang pembelajaran, kami (eh saya) suka iseng mengintip ke luar, karena tempat duduk saya memang dekat dengan dinding yang bolong-bolong. Apa yang diintip? Biasanya siapa saja yang lewat di belakang kelas saya, karena di situlah jalan orang-orang yang mau ke

Minggu, 17 Mei 2015

Cerpen: ADA TAKTIK DI JANTUNG KUBAH


Kyai Salam meletakkan rumput dan singkong yang dibawanya. Matanya heran melihat ada sedan di dekat masjidnya. Keheranan Kyai Salam bertambah ketika dari dalam sedan keluar seorang lelaki gendut berpakaian necis tergopoh-gopoh menghampirinya.
“Kyai lupa sama saya ?” Tanya lelaki itu seraya menggengggam tangan Kyai Salam.
“Aaah… anak ini siapa ya ?” Tanya kyai Salam mengernyitkan dahinya.
“Jawahir ! Anak Pak Damri …. “
“Oooo Jawahir ? Ya Alloooh… tak kusangka. Aku begitu pangling …. Bagaimana kabar bapakmu ? Pak Damri ?”
“Bapak sudah lama meninggal , paling tinggal bapak mertua .”
“Ooo… innalillahi wa inna ilaihi roojiuun…“
Siang itu Kyai Salam mendapatkan tamu dari kota . Tak ada dalam benak Kyai Salam, Jawahir seperti sekarang ini. Dulu, Jawahir paling bandel di antara anak-anak lain. Jika mengaji ke masjid , sukanya bergurau. Kadang mengganggu anak-anak perempuan yang sedang shalat. Otaknya bebal, menghafalkan suratan pendek saja sangat sulit, apalagi yang panjang-panjang. Sering penggaris kayu Kyai salam mendarat di pantat anak bengal itu. Tetapi kini jauh berbeda .
Sekarang ada perasaan jeri di hati Kyai Salam. Melihat sedan mulus warna coklat susu metalik hatinya merasa kecil. Apalagi ketika menengok rumah sendiri yang berlantai plur biasa, di bagian bawah temboknya penuh lumut. Demikian pula masjid miliknya, masjid satu-satunya di kampung Sidotentrem, tak jauh beda dengan rumah Kyai Salam. Temboknya penuh lumut. Dulu ia biasa mendamprat Jawahir, tetapi sekarang untuk menatap mata bekas muridnya itu rasanya tak sanggup.
“Kau sekarang sudah menjadi orang Hir ! Mobilmu bagus, tentu mahal ya ? Istrimu tentu cantik , rumahmu besar ……” Kata Kya Salam membuka kata terhadap tamunya.
“Ah Kyai bisa saja, semua itu titipan Tuhan. Saya sebenarnya malu Kyai, saya ingat betulbetapa dulu menjadi anak nakal, di masjid ini saya suka mengganggu anak lain yang

Cerpen : Pelarian Gang Dolly

Pengarang: Didik Sedyadi
Penerbit: Herya Media
ISBN: 978-602-1032-13-8
Tebal: vi+260 halaman
Harga: Rp 50.000,00



PELARIAN GANG DOLLY

Sejak lokalisasi Dolly ditutup, migraine Raeni sering kambuh. Kemarin seharian wanita itu tergolek di kamar sewaan, jauh dari kota Surabaya. Ia mendengar kabar tentang status teman-temannya sekarang. Banyak pilihan dan ragam yang dilakukan anak-anak Dolly. Ada yang mengambil pesangon sebagai modal usaha, ada yang mengambil pesangon untuk foya-foya dan mabuk-mabukan, ada yang menggunakan pesangon sebagai uang pangkal kordinator membuka usaha grup prostitusi terselubung di tempat baru. Ada yang menerima pesangon, kemudian menyewa kamar di tempat tertentu, tetapi masih membuka jasa prostitusi secara sendiri-sendiri. Ada yang menjadi perempuan panggilan. Ada yang memilih menjadi gundiknya cukong.
Sebagian lagi memandang keputusan Bu Risma sebagai sebuah momen tepat jalan keluar dari tempat itu. Jika dulu-dulu Raeni ingin keluar tidak berani, sekarang mumpung ada kebijakan resmi, ia gunakan untuk segera memanfaatkan peluang itu. Salah satunya adalah Raeni. Sejak lama hati kecilnya ingin melepaskan diri dari kehidupan lingkungan gang Dolly, namun banyak pertimbangan. Sungkan dengan mama-nya, tidak enak dengan teman-temannya, malu disebut sok sucilah,