Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Senin, 28 November 2016

Grafik Excel - Grafex 22 untuk Mempermudah Memahami Grafik Fungsi Trigonometri

Alat Peraga GRAFEX 22 - Aplikasi Berbasis Excel
untuk lebih memahami bentuk grafik fungsi Trigonometri



Dalam kurikulum 2013 peminatan IPA terdapat materi Persamaan Trigonometri. Materi ini juga dihadapi oleh anak-anak IPS yang memilih Lintas Minat Matematika. Dua pendekatan, geometris dan analitis dapat dilakukan siswa. 
Kedua-duanya dapat dipadu untuk meyakinkan penyelesaian sebuah persamaan trigonometri. Akan tetapi lahirnya pendekatan

Minggu, 27 November 2016

Induksi Matematika dalam Barisan Fibonacci

Barisan Fibonacci adalah barisan recursif (pemanggilan ulang / pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan berkebangsaan Italia yang bernama Leonardo da Pisa.
Barisan ini berbentuk sebagai berikut:
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, ...
F0 = 0,
F1= 1,
F2 = 1,
F3 = F1 + F2 = 2,
F4 = F2 + F3 = 3,
F5 = F3 + F4 = 8, … .

Jika diperhatikan, bahwa suku ke-n merupakan penjumlahan dua suku sebelumnya untuk n >=2. Jadi barisan ini didefinisikan secara recursif sebagai berikut.

Penting :
Untuk langkah pembuktian induksi langkah kedua gunakan aturan ini : 

Kamis, 03 November 2016

The Book of Lemmas - Salinon

Archimedes' Book of Lemmas
http://gogeometry.com/ArchBooLem14.htm

Rabu, 02 November 2016

Jumat, 28 Oktober 2016

Cerpen Remaja: Souvenir Dari Pulau Dewata



Jam 14.00 telah lewat.
Salma telah menunggu panggilan dari Pak Bintang Fajar, dosennya, setengah jam yang lalu. Gadis itu gelisah. Menunggu, gelisah. Mau dipanggil masalah apa, juga gelisah. Apalagi cuaca semakin mendung. Membuka WA menambah pikiran tak keruan. WA isinya banyak yang tak penting. Mau membaca, tak membawa buku bacaan. Mau membaca bahan kuliah tadi pagi, masih ingat.
Ting! Ting!
Salma terhenyak. Telephon masuk. Afnan! Gumamnya.
“Hai Salmaaa...... lagi bengong ya?!”
“Kok tahu?” Salma kaget. Pertanyaan sahabatnya itu begitu tepat mengena.
“Hehee..... dari dulu juga begitu! Kalau sendirian pasti bengong.”
“Aaaaah.... kamu Nan! Kirain kamu sudah jadi dukun ramal. Ramalanmu tepat!”
“Whahaha! Kamu Sal! Aku mau liburan niiih ..... kutinggalkan Yogya untuk sementara, kita ketemuan hari Minggu besok! Kita main ke Panyaweuyan! Lihat terasering, juga akan kukenalkan kamu ke seseorang!”
“Aduuuh.... ngabibita bae Afnan , eh siapa dia? Calonmu kah? Tapi...... aku aduuuh maaf Nan .... maaaaf....”
“Maksudnya?”
“Ngg..... ntar ya Nan, ntar kita sambung lagi!”
Salma buru-buru memutus telephone dengan sahabatnya. Pak Bintang melampaikan tangan memberi isyarat memanggil dirinya. Ia tak peduli apa kata Afnan nanti. Gadis itu lebih takut jika dosennya marah. Urusannya dengan nilai. Jika yang marah Afnan, urusannya

Minggu, 23 Oktober 2016

Cerpen Remaja: Skenario di Gerbong Argo Lawu


Cerpen ini copian yang saya unggah di akun www.kompasiana.com/didik_sedyadi pada Jumat 21 Oktober 2016. Cerpen ini fiksi murni request Putri Bunga Pertiwi - Siswa kelas XII MIPA 6 SMAN 1 Majalengka 2016/2017.


SKENARIO DI GERBONG ARGO LAWU


Putri! Bunga! Pertiwiii!
Gadis itu menulis nama sendiri di belakang halaman bukunya. Ia menyebutnya sebagai halaman bete. Setelah menulis kemudian menyobeknya, meremas-remasnya, kemudian membuangnya ke kolong meja. Sejenak Putri menelungkupkan wajahnya di bangku. Kemudian bangkit, berlari ke luar kelas. Gadis itu tak menyadari bahwa di bagian belakang kelas ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati tingkah lakunya.
Sepeninggal Putri, di kelas hanya ada seorang teman yang masih tinggal. Sapto Nugroho. Pemuda itu perlahan mendekati tempat duduk Putri, kertas remasan yang ada di kolong ia ambil. Perlahan ia mendesah, menggeleng. Kemudian kertas remasan itu ia masukkan ke dalam tas Putri.
Dua bulan menjelang kenaikan kelas hati Putri gelisah. Tak ada konsentrasi belajar. Bawaannya malas. Beda dengan anak-anak lain, ketika mengantar perpisahan di bulan Mei dengan kakak-kakak kelas mereka begitu ceria. Mereka begitu  termotivasi dengan banyaknya kakak-kakak kelas yang diterima di perguruan tinggi jalur SNMPTN. Harap-harap cemas dengan nilai yang akan diterima di saat kenaikan kelas yang akan memasok perhitungan dalam persaingan masuk SNMPTN tahun berikutnya.
“Put, kamu kok ngga seperti biasanya.... teman lain pada ceria...“ kata Sapto ketika keluar kelas.
“Apa maksudnya?”
“Enggaaak. Jangan marah, sensi banget!”
“Uh!”
“Dulu juga kamu pernah marah ke diri sendiri kan?”
“Kapan?” Putri heran. Diliriknya Sapto dengan pandangan penasaran.
“Pas kamu menulis nama ..... kemudian meremas-remas kertas ... terus membuangnya ke kolong.”
“Oooooo..... ooooo...... jadi itu .... aduuuuh.... aku ingat, aku ingat .... kertas itu malamnya aku

Minggu, 25 September 2016

Cerpen Remaja: Vi, Kunanti Senyummu di Semarang




Pukul setengah lima sore terdengar peluit panjang.

Latihan usai. Livia berjalan gontai ke pinggir lapangan. Ketika bermain basket tadi, kelihatan energik. Namun kali ini tampaknya tenaganya habis. Maklumlah, ini adalah latihan terakhir untuk menghadapi turnamen dua hari mendatang. Biarpun ia masih kelas X, tetapi kemampuannya cukup menarik pembina untuk dimasukkan ke dalam tim, walaupun masih sebagai tim pelapis.

Vi, demikian gadis itu biasa dipanggil, mengeluarkan handuk kecil. Tangannya mengelap wajah yang basah oleh keringat secara perlahan. Setelah itu air mineral di dekatnya ditenggaknya bebegapa teguk.

“Vi!” ada suara memanggil. Gadis itu menoleh.

Dari luar pagar kawat, seorang pemuda tanggung tersenyum sambil kedua tangannya memegang ram kawat. Wajahnya ditempelkan di ram tersebut.

“Apa Kak?” tanya gadis itu ke kakak kelas yang duduk di kelas XI.

“Capek ya?”

“Enggak.”

“Mau aku antar?”

“Nggaak... aku bawa motor!”

“Mudah-mudahan motornya mogok!”

“Iiiiih... apaan sih?!”

“Ntar kalau mogok kan aku bisa boncengin Livi!”

“Iiih enggak mau, malu.”

Kamis, 07 Juli 2016

Berwisata Sejarah di Monumen Kelahiran Jenderal Soedirman Purbalingga




Nomen Klatur Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman - dok. Pribadi

Patung Jenderal Soedirman di Kota Purbalingga - dok. Pribadi
Jenderal Soedirman, seorang tokoh besar dalam sejarah ketentaraan kita, lahir di kabupaten Purbalingga pada 24 Januari 1916. Tepatnya di dukuh Rembang, desa Bantarbarang, kecamatan Rembang, kabupaten Purbalingga. Sebagian sumber mengatakan bahwa kelahirannya di desa Bodaskarangjati. Sebenarnya perbedaan ini hanyalah sebuah perbedaan yang sangat kecil, mengingat desa Bantarbarang dengan Bodaskarangjati bersambungan.
Jenderal Soedirman - dok. Pribadi

 Menurut sejarah, beliau menjadi seorang jenderal ketika masih berusia 31 tahun. Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Perjuangan yang beliau lakukan pada saat membela bangsa dan negara dilakukannya dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk. Perang gerilya yang dipimpinnya pun dilakukannya dalam usungan tandu. Ini merupakan sebuah preseden yang baik, yang patut diteladani oleh semua unsur di negara ini. Memperjuangkan martabat  bangsa dan negara dilakukannya dengan sepenuh hati, tanpa mengharapkan pamrih.
Tokoh kita yang satu ini juga pernah menjadi guru HIS Muhammadiyah Cilacap, dan aktivis kepramukaan dalam ortom (organisasi otonomi) kepanduan Hizbul Wathon.

Monumen Kelahiran Jenderal Soedirman di Purbalingga
Monumen kelahiran Jenderal Soedirman yang akan kami tuju berada di desa Bantarbarang, kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Perjalanan menuju monumen kelahiran Jenderal Soedirman lumayan jauh jika dimulai dari kota Purbalingga. Ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk sampai ke sana. Jalur pertama melewati kota kecamatan Bobotsari, belok ke arah timur melewati dua kecamatan yakni kecamatan Karanganyar dan kecamatan Karangmoncol. Setelah ini, barulah masuk ke kecamatan Rembang.
Sementara jalur kedua melewati jalur Purbalingga – Pengadegan, mengambil start pertama di sekitar kodim Purbalingga Bancar, meleintasi jembatan kali Klawing kemudian menuju ke Rembang.
Penulis sendiri belum pernah menempuh jalur kedua, sebab menurut mereka yang pernah melewati jalur ini sangat berat. Jalan kampung yang kecil naik turun perbukitan, walaupun sebenarnya jalur ini cukup ramai sebab merupakan jalur yang dilewati oleh mobil angkutan umum mikrobus.
Jalur pertama melewati Bobotsari boleh dikatan lebih dari sepuluh kali melewati jalur

Selasa, 05 Juli 2016

Masjid Muhammad Cheng Hoo di Purbalingga



Jika anda tidak mengenal Purbalingga, rasanya wajar. Memang tak setenar daerah lain.
Kabupaten Purbalingga berada di sebelah selatan kabupaten Tegal yang masyhur dengan Wartegnya. Sebelah barat dan selatan berbatasan dengan kabupaten Banyumas yang masyhur dengan Universitas Jenderal Soedirman dan lokawisata Baturraden. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara yang masyhur dengan Dawet Ayu, Dieng dan Bendungan PLTA Panglima Besar Soedirman (yang dikenal pula dengan nama bendungan Mrican).
Sekilas Wajah Purbalingga dalam Gallery 

Pendopo Kabupaten Purbalingga - dok Pribadi

Patung Jenderal Soedirman,  Perempatan Polres - Terminal Bus  - dok. Pribadi

Pohon Beringin di Alun-alun Purbalingga - dok Pribadi
Bus Operasional Pemda Purbalingga - dok Pribadi

Jumat, 10 Juni 2016

UMTK, Belum Dilaksanakan Sudah Dibatalkan


HAK SEKOLAH PENGANUT KURIKULUM 2013
DILUPAKAN PEMERINTAH
Menurut data kemendikbud, saat ini sebanyak 6000 lebih sekolah ditunjuk sebagai percontohan pelaksana Kurikulum 2013 (K-13). Jumlah tersebut meliputi SD, SLTP dan SLTA (SMA/MA/SMK). Di tengah berjalannya roda pendidikan dan pengajaran dalam dua rel (rel ke-1 Kurikulum 2006, rel ke-2 K-13) tampaknya sekolah-sekolah penganut K-13 semakin dilupakan oleh pemerintah.
Hak 1 : Kesesuaian Aplikasi Verval Padamu Negeri. Kenapa?
Indikator ketidak seriusan pemerintah meneruskan pelaksanaan K-13, tampak dari sisi sinergitas antara upaya sekolah melakukan entri data online pada verval padamu negeri. Sinergitas yang diharapkan ternyata tidak muncul dalam salah satu komponen isian, di mana aplikasi ini tidak mengakomodir adanya “jam pelajaran pada lintas minat”. Tatap muka jam pelajaran guru pengajar lintas minat tidak diakui sebagai jam mengajar (karena memang aplikasi vervalnya tidak lengkap: atau belum lengkap). Di tingkat SMA yang mengakomodir pilihan siswa untuk lintas peminatan memungkinkan sekali bahwa banyaknya rombongan belajar akan melebihi banyaknya rombongan belajar kelas regular. Inilah salah satu indikator yang cukup merepotkan pihak operator untuk memvalidasi data sekolah, yang muaranya adalah pencetakan kartu Nomor Registrasi Guru (NRG). Jika data masih belum sinkron, jangan harap urusan NRG beres.
Hak 2 : Memperoleh Layanan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK). Kapan?
Layanan terhadap siswa sebagai costumer pendidikan di antaranya adalah mendapatkan penilaian hasil belajar. Penilaian yang diamanatkan dalam K-13 adalah : Penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, Ujian Tingkat Kompetensi (UTK), Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK), Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN).
Di antara jenis penilaian yang dilakukan oleh pemerintah adalah UMTK dan UN. Untuk UN semua orang sudah paham (dalam arti paham banyak kontroversi di dalamnya). Sementara UMTK adalah barang baru. Menurut teori yang pernah saya dapatkan di berbagai workshop, UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah. Tujuannya adalah untuk mengetahui pencapaian tingat kompetensi. Cakupan UMTK adalah seluruh Kompetensi Dasar (KD) yang mempresentasikan Kompetensi Inti (KI) pada tingkat kompetensi tersebut.
UMTK ini dulu dipolakan : Kisi-kisi soal ujian dari pemerintah, diterjemahkan ke dalam butir-butir soal ujian oleh pihak satuan pendidikan. Namun kenyataan sekarang sudah menginajk awal bulan Mei. Rentang hingga saat umum musim ulangan kenaikan kelas tinggal sekitar satu bulan. Mestinya kisi-kisi UMTK telah ada sekarang. Pekerjaan menerjemahkan kisi-kisi ke bentuk soal bukanlah perkara mudah. Butuh waktu pengkonsepan, Chek & recheck, editing, penggandaan. Jika sampai saat ini belum ada ujud kisi-kisi (bahkan kabarpun belum ada), maka bagaimana mungkin UMTK akan dilaksanakan? Padahal sejak awal semester umumnya sekolah-sekolah percontohan ini telah menyampaikan rancangan rangkaian kegiatan penilaian kepada para siswa, termasuk UMTK di dalamnya.

Jika ada yang berfikir bahwa konsentrasi pemerintah (dalam hal ini kemendikbud) tak lagi terfokus kepada upaya pembinaan terhadap sekolah percontohan K-13, wajar-wajar saja. Kredibilitas dan kekonsekuenan kemendikbud menjadi taruhan dalam konteks UMTK ini. Kita tunggu saja perkembangan. Ada berita UMTK, syukur, jika tak ada, tak usah berkecil hati. Rasanya kita cukup kebal terhadap terpaan masalah dalam dunia pendidikan yang tak henti-henti. Optimis. ***
Majalengka, Mei 2015


Penulis adalah Wakasek Urusan Kurikulum SMAN 1 Majalengka
(Catatan Jejak Kaki Sejarah Kurikulum 2013)

Minggu, 05 Juni 2016

Cerpen: Mawar Ini Bukan Untukmu

Sumber Cerpen : http://fiksiana.kompasiana.com/didik_sedyadi/cerpen-mawar-ini-bukan-untukmu_5754aa8d2023bd0d0db2af4c
=====================================================================

Wike bergegas sambil terus menggenggam lengan April menuju balandongan tempat peringatan Rojaban di sekolahnya. Namun apa mau dikata, acara Rojaban telah dimulai beberapa saat lalu. Kedua gadis itu terlambat. Agak menyesal juga, tapi keduanya tak mungkin menyalahkan tamu yang datang menemuinya di lobby sekolah. Wajah April tampak biasa, namun tidak demikian dengan Wike.
“Aku kehilangan momen penting.... “ bisik Wike, yang biasa pula dipanggil Keke,  sambil memperlihatkan kamera Canon Eos-nya.
“Momen apaan?”
“Ya mulai pembukaan laah, harusnya sejak awal aku sudah duduk di sini. Dengan optical zoom 60X , aku bakal memilik karya artistik.”
“Nggak ngerti!” kata April tampak kesal.
“Ya ampun Pril!”
“Judulnya apa si?”
“Qori kaseep ... yang ganteng!” bisik Wike meyakinkan sahabatnya.
“Oalaaahhhh... Keke! Norak kamu! Ternyata sulit jadi wanita sholihah ya hihihi....”
“Apaan sih?”
“Ini pengajian Ke, masa kamu malah mikirin cowok!”
“Sambil menyelam minum air.”
“Ah, kamu maah! Modus! Ntar, bubar pengajian kita cari tuh si qori, mau diajak selfie kek! Mau diajak salto! Hayu baee!”
“Iya... iya ....”
“Lagian panitia juga nyiapin foto, tuuuh bagian dokumentasi! Ntar minta gambarnya!”
“Waaah... bagus idemu Pril! Aku malah nggak kepikiran.”
***
Ba’da dzuhur.
Pengajian tadi pagi sudah usai, tetapi balandongan masih ada. Tikar juga masih tergelar. Banyak anak-anak yang duduk-duduk di bawah balandongan sambil melakukan aktivitas apa saja. Sementara itu usai shalat dzuhur, Wike melihat Rafiq, seksi dokumentasi yang tadi pagi mengabadikan momen kegiatan Rojaban. Gadis itu mengajak sahabatnya menemui pengurus OSIS itu.
“Fiq, maaf nih sibuk nggak?” tanya Wike ketika telah berdekatan.
“Sedikit sibuk sih. Ada apa memangnya?” tanya Rafiq balas bertanya.
“Aaa.... anu ..... anuu... aa... “ ditanya begitu Wike malah tergagap.

Jumat, 03 Juni 2016

Ojo Adigang, Adigung, Aduguno

Tulisan ini salinan dari kompasiana :
http://www.kompasiana.com/didik_sedyadi/ojo-adigang-adigung-adiguno_574ebd5bd07a615007611dc7
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kalimat di atas sebenarnya adalah bahasa Jawa lisan. Sumber bahasa tulisannya adalah Aja Adigang, Adigung, Adiguna, tidak menggunakan huruf “o” tetapi “a”.
Kalimat tersebut merupakan petuah dari leluhur kepada anak keturunannya. Sebuah petuah (yang umumnya) baik bagi generasi berikutnya. Karena kearifan orang tua adalah berfikir apa yang terbaik bagi keturunannya. Hanya orang-orang yang telah sesatlah yang berfikir agar keturunannya menjadi orang jahat secara terprogram.
Dalam kamus Bahasa Jawa “Bausastra Jawa-Indonesia” susunan S.Prawiroatmojo (1980) dijelaskan bahwa:
1.       Adigang : Membanggakan kekuatannya
2.       Adigung : Membanggakan kebesarannya
3.       Adiguna : Membanggakan kepandaiannya
Kata “Aja” berarti jangan. Rangkaian kata petuah menjadi semakin dalam ketika kita mau merenungkannya.
Aja Adigang , jangan membanggakan kekuatan
Kekuatan bisa berbentuk kekuatan fisik, bisa berbentuk kekuatan secara bersama-sama, atau koalisi. Kekuatan fisik pada jaman dimunculkannya petuah ini ketika jaman kerajaan jaman dulu. Hukum rimba menentukan siapa yang punya fisik yang kuat, dialah yang akan menjadi pemenang, menduduki jabatan tertentu di kerajaan. Siapa yang punya persatuan besar, maka ia yang akan menjadi pemenang.
Kekuatan fisik di jaman sekarang tampaknya bukanlah sesuatu yang populer. Tapi mungkin pula di kantong-kantong masyarakat tertentu masih ada segelintir orang yang mengandalkan kekuatan fisik. Gambaran mudahnya misalnya preman, dan geliat premanismenya.
Kekuatan koalisi lebih kepada arti yang abstrak. Model nyatanya semacam koalisi rakyat yang turun ke jalan di jaman gegeran 1998. Jika demikian maka secara perhitungan angka akan memperoleh hasil yang diinginkan. Jika model turun ke jalan hanya dikerjakan oleh perwakilan, ya tentu tan akan menghasilkan apa-apa.
Jangan membanggakan kekuatan. Energi “membanggakan” bagi sebagian orang justru akan menjadi energi negatif. Orang-orang tua jaman dulu telah belajar, telah merenung dan menyimpulkan dari berbagai macam kasus pembanggaan terhadap kekuatan ini justru menjadi sebuah kontraproduktif.
Aja Adigung, jangan membanggakan kebesaran
Kebesaran memiliki berbagai macam jenis. Terutama sekali kebesaran seseorang dengan indikator jabatan. Jabatan bisa dalam lingkup pemerintahan, maupun non pemerintahan. Kebesaran ini melekat dalam diri pemimpin, yang mempunyai bawahan. Presiden, gubernur, bupati, camat, lurah / kepala desa, ketua RT, kepala bagian, kepala seksi, boss, mandor dan sejenisnya.
Jika tidak didasari niat baik, maka dalam diri mereka ada perasaan bangga (dan sombong) terhadap apa yang telah mereka capai. Kesombongan (umumnya) akan menghilangkan kewaspadaan terhadap apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab mereka. Jika kewaspadaan hilang, maka konsekueunsi minus yang seharusnya tidak terjadi, malah akan datang.
Sayangnya sudah menjadi semacam kebiasaan (dan mungkin budaya) bagi mereka yang mempunyai kebesaran. Melihat orang lain menjadi kecil. Bahkan dalam taraf yang lebih mengembang, kadang-kadang anak dan istrinya ikut-ikutan membanggakan kebesaran ayah dan suaminya. Dalam satu contoh kecil ada ucapan : “Awas, jangan main-main, dia anak pejabat”.
Jangan membanggakan kebesaran. Kebesaran itu nisbi. Kebesaran itu hanya sementara. Dibatasi waktu. Betapa hidup ini bagi sebagian orang akan menjadi semacam neraka dini, bagi yang mengalami “post power syndrome”. Sekarang disanjung (walaupun sebagian semu), suatu saat akan ditinggalkan.
Aja Adiguna, jangan membanggakan kepandaian
Tolok ukur kepandaian sebenarnya tidaklah tunggal. Orang yang sukses dalam bisnis, ia dianggap pandai dalam terapan bisnis. Belum tentu itu diperoleh oleh orang-orang yang punya gelar sarjana dalam ilmu ekonomi. Tetapi masyarakat saat ini masih tetap melihat kepandaian seseorang dari apa yang diterakan dalam rapor, nilai rapor, transkrip nilai dan sejenisnya.
Gelar akademik demikian pula, orang akan jeri ketika melihat gelar seseorang demikian mentereng. Jika kompetensi asli seperti apa yang tertera dalam ijazah, memang itu yang diharapkan. Kompetensi yang dimiliki diamalkan untuk kemaslahatan orang banyak, itu memang yang seharusnya.
Membanggakan kepandaian, menurut petuah tersebut, tidaklah perlu. Kepandaian seseorang tak harus dibanggakan dan diomongkan. Biarlah orang lain yang menilai. Yang memiliki ilmu tinggi, luas dan dalam (mana yang benar ini?) akan lebih bermakna jika ia mendapatkan pujian orang lain karena manfaatnya, tanpa terdengar oleh dirinya.
Anda tidak setuju? Seharusnya memang demikian. Ini adalah sekedar tafsiran. Saat ini, hampir seluruh warga negara ini memiliki keberanian untuk menafsirkan segala sesuatu dengan kepentingan sesuatu. Dan ini sangat potensial untuk dijadikan ajang diskusi.
Jangan bangga dengan kekuatan. Itu nasehat leluhur. Ternyata anda bangga! Ya tidak apa-apa.
Jangan bangga dengan kebesaran. Itu nasehat leluhur. Ternyata anda bangga! Ya tidak apa-apa.
Jangan bangga dengan kepandaian. Itu nasehat leluhur. Ternyata anda bangga! Ya tidak apa-apa.
Yang penting, bangga tidak menggiring kita menjadi sombong. Tetapi bangga untuk bersyukur. ***

Majalengka, 01 Juni 2016

Jumat, 13 Mei 2016

Berllian, Aku Masih Kangen

Cerpen Request - copas dari kompasiana.com/didik_sedyadi :

Foto dokumnetasi Citra Lestari

Pukul 06.10 Berllian sudah di kelas.
Hari piket bagi gadis Cikijing itu memang menjadi sebuah poin plus tersendiri. Bagaimana tidak? Jarak yang cukup jauh dari sekolah justru mengalahkan anak-anak kota Majalengka dari segi kedatangan.
“Sssst.....!” ada suara di belakang Berllian. Gadis itu kaget dan menoleh.
“Aduuuh Triooo, ngagetin saja!” kata Berllian demi melihat siapa yang bersuara.
“Kan aku sudah bersuara pelan.” kata Satrio, anak muda temannya itu.
“Justru suara pelan itu yang ngagetin! Lain kali yang wajar saja.”
“Dengar suara pelan kaget ya Li?” kata Satrio dengan panggilan Li, dari Llian.
“Iya sih. Tapi sudahlah .... mau bantu piket nggak? Nyapu tuh.”
“Mau nyemangatin saja!”
“Uh enaknya saja!”
“Berlliii .... berhenti dulu nyapunya.”
“Apaan sih?”
“Pernah dengan orang marah teriak-teriak di hadapan yang dimarahi nggak?”
“Ya kudu gitu laaah!”
“Padahal nggak tuli ya? Tahu kenapa?”
“Nggak!”
“Itu karena orang yang marah itu fisiknya dekat, tapi jiwanya jauh dengan orang yang dimarahi.”
“Terus apa hubungannya dengan aku piket?”
“Nggak ada!”
“Iiiih nganggu saja! Sana! Sanaaa!”
“Ntar dulu Li  belum selesai.”
“Apalagi sih?”
“Pernah lihat orang yang saling suka nggak? Saling suka, atau saling mencintai?”
“Nggak.”
“Ah kamu Li, susah diajak nyambung. Niiih, kalau orang saling suka, pernah nggak kalau ngomong teriak-teriak di depan orang yang disukainya?”
“Kayaknya sih nggak mungkin. Kayaknya bicaranya pelan, berbisik ... atau dari isyarat.”
“Nah itulah. Karena orang yang saling suka itu jiwanya dekat, jadi nggak perlu berteriak.”

Senin, 02 Mei 2016

Novel : Zaniar dan Ahmad Hong (12)



12. Ibu Tak Kenal Pak Layang?

Sepanjang maghrib hingga saat shalat ‘Isya , Zaniar dan ibunya berada di surau yang tak berapa jauh dari rumahnya. Usai shalat maghrib dan shalat sunah Zaniar menggeser duduknya bercampur dengan anak-anak perempuan yang telah siap diajari membaca huruf hijaiyah. Sama sekali tak satupun teman di sekolahnya mengetahui jika kebiasaan Zaniar adalah mengajari anak-anak kecil untuk bisa membaca Al Quran. Sementara itu Winarti, ibunya, melakukan tadarus bersama-sama ibu-ibu lain. Di bagian depan anak-anak laki-laki belajar hafalan surat-surat juzz ‘amma dibimbing oleh imam surau.   
Anak-anak belajar dengan waktu terbatas. Usai maghrib hingga shalat ‘Isya. Tetapi bagi anak-anak pelajaran di waktu yang singkat sangat bermakna. Buktinya surat-surat pendek banyak yang sudah hafal, kini bahkan ada yang sudah lancar membaca Al Quran. Kadang dalam mengajari Zaniar suka menyelipkan canda. Jika sebelum ‘Isya yang belajar sudah dapat giliran semua, gadis itu menyempatkan mendongeng, kadang dongeng umum, kadang tentang kisah nabi dan para sahabat. Anak-anak sangat senang dengan dongeng-dongeng yang Zaniar sampaikan.
Usai shalat ‘Isya Zaniar dan ibunya tidak langsung pulang. Keduanya duduk dengan salah satu ibu hingga sekitar setengah jam. Setelah itu barulah ketiganya beranjak meninggalkan surau. Berjalan beberapa saat, keduanya sampai di gang yang menuju rumahnya. Namun keduanya kaget ketika melihat di tempat tadi sore ada sepeda motor diparkir.
“Bukankah itu motor Ustadz Hong Zan?” tanya ibunya berbisik.
“Benar. Itu orangnya …. tuh, di depan rumah Wak Jamin…sedang ngobrol…”
“Ooo iya. Ada apa lagi Ustadz kembali ya?”

Jumat, 29 April 2016

Humor : BANGSA BERMENTAL TEMPE


Ini terjadi di negara yang baru merdeka , negara  agraris, banyak tanaman kedelai. Maka di negara tersebut ada Kementrian Tahu Tempe. Mentri Tahu Tempe (Mentape) pernah berpidato di hadapan para petani untuk meningkatkan produksi kedelai, demi memenuhi permintaan ekspor.

Mentape
:
Kita bangsa yang besar! Tahu dan tempe menjadi ikon! Lihat manfaat tempe, satu bisa menurunkan kolesterol jahat, kedua menurunkan tekanan darah, ketiga menjaga kestabilan sistem pencernaan, keempat mencegah kanker, kelima menambah energy !
Ajudan
:
Sebutkan sumbernya Pak Menteri (bisik ajudan yang berdiri di belakangnya).
Mentape
:
Sumbernya dari Google!
Ajudan
:
Www-nya Pak!
Mentape
:
Halah brisik, kepanjangan tahu!
Ajudan
:
Kandungan proteinnya Pak! (berbisik)
Mentape
:
Kandungan protein dalam tiap 100 gram tempe adalah 20,8 gram, sedangkan dalam 100 gram daging sapi hanya sekitar 17,03 gram!
Ajudan
:
Kesimpulannya Pak! (berbisik)
Mentape
:
Kesimpulannya DAGING SAPI LEBIH ENAK DIBANDING TEMPE !
Ajudan
:
Waaah bukan itu Pak! Itu yang tadi malam saya sampaikan ke Bapak!
Mentape

Ajudan
Mentape
:

:
:
Ooiya, maaf saudara-saudara! ITU BUKAN KESIMPULAN, TETAPI FAKTA !
Aduuuh Pak, kenapa ngomong begitu!
Oiya, kesimpulannya adalah pengaruh asupan protein yang baik terhadap petumbuhan kecerdasan otak manusia, maka banyak-

Kamis, 28 April 2016

Humor Tingkat Tinggi

Ini memang lucu, dari sebuah fakta, bukan rekayasa bukan editan. Hanya mereka yang pernah menyentuh ranah bahasa, atau mungkin pokok materilah yang diijinkan tertawa.

1. Mobil di daerah Ketanggungan Brebes


Keterangan : 


2. Kiriman SMS


Kenapa yang ngirim Mang Cece, Ustadz sholeh mengatakan "Ini Nomorku" . Kasusnya Ustad Soleh (ustadz sedesa) memang mengirim SMS tetapi yang muncul kok melalui nomor Mang Cece (tetanggaku). Ini kesalahan asli provider.



3. Warung Makan , Slawi - Kab. Tegal (Lebaran 2015)


Keterangan : "Bugang" dalam Bahasa Sunda  adalah "Bangkai"
 
 4. Kenapa Nggak Minta Maaf ke Gurunya ya?


5. Memang Ulangan Boleh Balik Nanya ke Guru ya?


6. Menyerah Dalam Ulangan itu Halal


 
7. Cinta Segitiga
8. Titik


9. Antene Parabola


10. Aksioma Tiga