Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Sabtu, 16 Mei 2020

Cerpen: LEPASKAN SAJA JILBABMU!


Purbaya keluar kantor.
Di luar tinggal Satpam Jaman yang masih ada di ruang jaga dekat gerbang. Laki-laki itu melihat kunci kontak yang digenggamnya.
Huuh!
Purbaya mendesah. Mobilnya tinggal sendirian. Nur, istrinya pasti belum mau dijemput. Sejak sebulan lalu perempuan itu konsentrasi ke pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pulang ke rumah rata-rata pukul 20.00-an. Seringnya menyewa taxi. Purbaya menjemput hanya sesekali, jika ditelpon.
Kantor redaksi Majalah Keluarga Samara bagi Nurjanah adalah rumah keduanya. Namun kantor majalah yang punya visi Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah, akhir-akhir ini justru seperti menjadi rumah utamanya. Purbaya sebagai suami mencoba memakluminya. Majalah Samara berdiri atas perjuangan istri dan rekan-rekan satu pengajian di kampus dulu.
Sebagai orang yang merasa membidani lahirnya Majalah Samara, tentu ia merasa punya tanggungjawab yang sangat besar. Apalagi di dalamnya visi yang dipilih memiliki misi mengimplementasikan ajaran Islam di dalam keluarga, demi kebahagiaan sebuah keluarga.
Pertengahan bulan depan adalah perayaan Ulang Tahun ke-7 Majalah Samara. Sebuah angka yang menurut pendapat sebagian orang adalah angka yang bagus. Sebagaimana angka 1, 3, 4, 7, 8, 10, 25, 50. 1 berarti ulang tahun sawarsa, 3 ulang tahun triwarsa, 4 ulang tahun catur warsa, 7 ulang tahun saptawarsa, 8 ulang tahun windu mustika, 10 ulangtahun dasawarsa, 25 ulang tahun perak, 50 ulang tahun emas dan sebagainya.
Kadang-kadang orang menyemangati dirinya dengan angka-angka yang berkaitan dengan tanggal kelahirannya sendiri. Kadang-kadang sebagian orang Jawa menyemangati diri dengan ulang tahun neptu. Kelahiran Selasa Pon, Selasa 3, Pon 7, neptunya 10, maka ia akan menyemangati dirinya pada ulang tahun kelipatan angka 10. Ulang tahun disebutnya tanggap warsa, 10 tanggap warsa neptu kasiji, 20 tanggap warsa neptu kaloro, 30 tanggap warsa neptu katelu dan sebagainya.
Para ayah atau orang kita mungkin sebagian masih menyimpan jimat berupa buku primbon. Entah dengan judul apa. Tetapi bagi para generasi mudanya jika penasaran, biasanya lari ke toko buku adalah Kitab Primbon Betal Jemur Adam Makna, atau bahkan di pedagang eceran di trotoar-trotoar.
Purbaya sendiri heran.
Sebagai landasan visi majalahnya adalah nuansa Islam, tetapi mengapa istrinya masih bersikukuh bahwa angka 7 adalah angka istimewa. Tapi laki-laki sebenarnya tidak terlalu menggubrisnya. Yang menjadi fokus perhatiannya adalah ketidakadaan Nur di rumah menjadikan rumah sepi. Kadang ia pulang jam lima sore. Nur tidak ada. Setelah mandi ia menyeduh teh sendiri, kemudian mencari makanan kecil sendiri di kulkas atau di lemari makan.
Akan halnya kedua anaknya, Syifa dan Taufik, Purbaya dan Nur mengalah kepada keinginan kedua orang tuanya. Lagi-lagi urusan dengan angka 7. Kata orang tuanya pada tahun ke-7 pernikahannya dengan Nur, kedua anak itu harus pindah sekolah dulu. Nanti setelah satu tahun sekolah di neneknya, barulah kedua anaknya itu dikembalikan lagi. Dulu Purbaya dan Nur tidak memahami permintaan orang tua Nur, tapi karena itu nadzar ketika keduanya akan menikah, maka dengan berat hati, Purbaya dan Nur melepas kedua anaknya. Sekarang Syifa dan Taufik bersekolah di rumah kakek neneknya di Purwokerto. Ya, sebuah jarak yang cukup jauh dari Majalengka jika keduanya kangen kepada anaknya.
Purbaya mendadak menghentikan lamunannya ketika satpam tergopoh-gopoh mendekat.
“Bapak….. maaf ada telpon dari Ibu.” Purbaya kaget oleh kata-kata satpam Jaman.
“Ohh… telpon di mana? Wah iya, HP-ku ketinggalan.”
“Di line ruangan saya Pak. Katanya hubungi Ibu.”
“Oh ya sudah….”
Purbaya bergegas masuk ruangan. Benar, hand-phone miliknya tergeletak di meja. Bergegas mengambil HP yang masih kelihatan log masuknya.
“Assalamu’alaikum Jeng, tadi nelpon ya?” tanya Purbaya pelan.
“Iya. Mas dimana?”
“Mau pulang. Tadi ini juga diberi tahu Pak Jaman, makanya saya kembali ke ruangan. HP ketinggalan.”
“Ooochhh…..”
“Mau dijemput?”
“Ah enggak Mas. Editing kali ini lumayan rumit Mas. Mohon pengertiannya ya. Aku pulang sekitar pukul 21-an.”
“Malam sekali?”
“Maafkan saya Mas. Di rumah sepertinya tak ada makanan. Mas makan saja di mana saja…..”