Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Jumat, 29 April 2016

Humor : BANGSA BERMENTAL TEMPE


Ini terjadi di negara yang baru merdeka , negara  agraris, banyak tanaman kedelai. Maka di negara tersebut ada Kementrian Tahu Tempe. Mentri Tahu Tempe (Mentape) pernah berpidato di hadapan para petani untuk meningkatkan produksi kedelai, demi memenuhi permintaan ekspor.

Mentape
:
Kita bangsa yang besar! Tahu dan tempe menjadi ikon! Lihat manfaat tempe, satu bisa menurunkan kolesterol jahat, kedua menurunkan tekanan darah, ketiga menjaga kestabilan sistem pencernaan, keempat mencegah kanker, kelima menambah energy !
Ajudan
:
Sebutkan sumbernya Pak Menteri (bisik ajudan yang berdiri di belakangnya).
Mentape
:
Sumbernya dari Google!
Ajudan
:
Www-nya Pak!
Mentape
:
Halah brisik, kepanjangan tahu!
Ajudan
:
Kandungan proteinnya Pak! (berbisik)
Mentape
:
Kandungan protein dalam tiap 100 gram tempe adalah 20,8 gram, sedangkan dalam 100 gram daging sapi hanya sekitar 17,03 gram!
Ajudan
:
Kesimpulannya Pak! (berbisik)
Mentape
:
Kesimpulannya DAGING SAPI LEBIH ENAK DIBANDING TEMPE !
Ajudan
:
Waaah bukan itu Pak! Itu yang tadi malam saya sampaikan ke Bapak!
Mentape

Ajudan
Mentape
:

:
:
Ooiya, maaf saudara-saudara! ITU BUKAN KESIMPULAN, TETAPI FAKTA !
Aduuuh Pak, kenapa ngomong begitu!
Oiya, kesimpulannya adalah pengaruh asupan protein yang baik terhadap petumbuhan kecerdasan otak manusia, maka banyak-

Kamis, 28 April 2016

Humor Tingkat Tinggi

Ini memang lucu, dari sebuah fakta, bukan rekayasa bukan editan. Hanya mereka yang pernah menyentuh ranah bahasa, atau mungkin pokok materilah yang diijinkan tertawa.

1. Mobil di daerah Ketanggungan Brebes


Keterangan : 


2. Kiriman SMS


Kenapa yang ngirim Mang Cece, Ustadz sholeh mengatakan "Ini Nomorku" . Kasusnya Ustad Soleh (ustadz sedesa) memang mengirim SMS tetapi yang muncul kok melalui nomor Mang Cece (tetanggaku). Ini kesalahan asli provider.



3. Warung Makan , Slawi - Kab. Tegal (Lebaran 2015)


Keterangan : "Bugang" dalam Bahasa Sunda  adalah "Bangkai"
 
 4. Kenapa Nggak Minta Maaf ke Gurunya ya?


5. Memang Ulangan Boleh Balik Nanya ke Guru ya?


6. Menyerah Dalam Ulangan itu Halal


 
7. Cinta Segitiga
8. Titik


9. Antene Parabola


10. Aksioma Tiga







Novel: Zaniar dan Ahmad Hong (11)


11. Ancaman Kepala Sekolah

Beberapa jenak kepala sekolah diam, namun kemudian tampak menemukan jawaban yang pas.
“Yaaaa…. Biar saya bisa mengawasi kamu lewat ibumu. Kalau kamu bikin masalah di sekolah, saya bisa langsung telephone ibumu!”
“Tidak usah telephon ibu, langsung tindak saja saya Pak!”
“Kamu susah diajak bicara Niar.”
“Bukan susah diajak bicara Pak, tapi ceritakan dulu yang jelas, mengapa Bapak akan memberi ibu saya HP. Jangan-jangan ibu saya mengenal Bapak.”
“Tidak. Semua atas dasar keterangan Pak Nanto. Pak Nanto yang cerita tentang seluruhnya.”
“Tidak masuk akal….”
“Zaniar!” Pak Layang membentak.
“Ini lebih tidak masuk akal lagi ….”
“Apa katamu?”
“Lebih tidak masuk akal.”
“He ingat! Saya ini kepala sekolah! Saya bisa membuat merah biru kehidupanmu! Ini sekolah saya. Saya yang berkuasa di sini! Kamu telah menyangkal ucapan kepala sekolahmu sendiri! Itu namanya sangat tidak sopan! Tidak tahu etika.”
“Etika itu hanya ada kalau pembicaraan fokus pada pokok permasalahan. Nah ini, saya tidak tahu pokok permasalahan …..”
“Niar, untung kamu ngomong seperti ini di ruangan. Kalau kamu ngomong seperti ini di hadapan guru, kamu langsung saya usir dari sekolah ini! Tahu!”
“Tidak tahu Pak …..”
“Bodooooh!”
“Saya permisi saja Pak. Memang saya sekolah setahun lebih di sini tidak bertambah pintar, tetap saja bodoh! Mungkin sekolah ini tidak bisa memintarkan saya …… permisi Pak.” Kata Zaniar seraya

Rabu, 27 April 2016

Cerpen dalam Buku Fira, Haruskah Kutunggu Kau di Sorga?


Gambar : Dokumentasi Nadila Dirgantari

Hanya Sekejap di Malaysia
(Request Nadila Dirgantari)

Gunung Panten. Arena Paralayang Majalengka. Angin semilir.
Panorama kota kecil Majalengka begitu indah di mata Nadila Dirgantari. Gadis yang sejak menjadi pengurus OSIS di SMPN 1 Majalengka dipanggil “Dede” , menebarkan pandangan matanya ke tempat yang jauh . Guratan wilayah Majalengka semakin ke utara tampak semakin maya tersaput halimun. Tak jauh dari tempatnya duduk, tiang kantong angin berkelebet bergoyang tak henti.
“Dede ..... “ ada suara pelan di sebelahnya. Yang dipanggil tetap diam. Gadis itu melepas kacamatanya, kemudian mengelapnya dengan tissue.
“Apa Kak?” tanyanya ketika ia sudah memakai kacamatanya kembali.
“Dede tadi lama melihat apa ke utara lama sekali?”
“Halimun ..... “
“Mengapa halimun? Bukankah lebih baik melihat sesuatu yang lama eksis. Halimun hanya ada sekejap, kemudian hilang berganti bentuk.”
“Entah mengapa aku akhir-akhir ini suka begitu Kak , beda dengan kakak, sekarang sudah kuliah setahun, sudah bisa berkreasi sesuka atau merancang sebuah prestasi. Ya itu bisa, dan enak, karena kakak sudah melewati semuanya.”
“Dede berfikir tentang kuliah? Takut nggak diterima? Jangan begitu aaaah, jaman sekarang asal ada kemauan kuliah di manapun bisa. Pikiran nggak harus ke PTN, PTS yang berkualitas juga banyak. Memang perjuangan yang inti hanya satu: Cara masuknya. Setelah jadi mahasiswa apa? Nggak ada bedanya. Di lapangan pekerjaan, nggak ada bedanya.”
“Iya sih .... eh Kak, ngomong-ngomong nanti kakak pingin jadi apa sih?”
“Dede inginnya aku jadi apa?”
“Iiiiiih Kak Aryo! Masa malah tanya ke aku!”
“Ya barangkali ada saran, inginnya sih belajar setinggi langit. Paling tidak kaya sekarang di Gunung Panten, bisa melihat yang di bawah kita dengan leluasa.”
“Dosen?”
“Heheee.... pantas nggak De?”
“Heheee......”
“Kok malah ketawa! Kenapa?”
“Lucu....”
“Awas, ntar akan kutunjukkan bahwa aku tak pantas Dede tertawakan!”
“Maksudnya jadi dosen beneran?”
“Doakan De!”
“Beneran? Takutnya ntar aku salah berdoa!”
“Aaaah.... Dede! Kamu itu selalu begitu, maksudnya Dede doakan aku, aku minta, Dede mengiyakan. Ya Kak Aryo, aku doakan ... semoga .... semoga ... gituuuuuh! Aaaah Dede!”
Keduanya akhirnya tertawa bersama.
“Kenapa kita jadi ngomongin dosen ya Kak?” kata Dede sambil beranjak berdiri.
“Makhluk apa dosen itu ya De?”
“Makhluk planet kali?”
“Planet bumi!”
Sejak Dede kelas XI SMA ia mengenal Aryo Bimo. Seorang  pemuda yang bersekolah di sekolah lain. Mungkin orang lain menilai mereka berdua pacaran, tetapi nyatanya Nadila tak pernah mengakui itu. Ia anggap kebersamaannya sebuah hal biasa,. Tapi ia pernah mengatakan bahwa

Senin, 25 April 2016

Novel : Zaniar dan Ahmad Hong (10)




Pukul 14.30.
Panas matahari mulai berkurang. Pohon-pohon  palem yang menjulang di halaman sekolah dekat jalan raya bergoyang-goyang. Beberapa buah palem yang telah berwarna merah kehitaman berjatuhan. Zaniar mendesah. Gadis itu sendirian di bangku taman yang mengarah ke jalan raya. Matanya memandang ke arah buah-buah palem tua yang berserakan. Ia hitung hingga lima, namun konsentrasinya buyar. Ia mencoba mengulangi lagi, namun gagal.
Setelah beberapa menit lewat, dari ruang lobby sekolah tak ada yang memanggil seperti biasanya. Tak ada kelebat bu Endang. Sosok perempuan muda yang termasuk dalam deretan guru yang dikaguminya, hari ini tidak tampak. Bu Endang berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Perempuan itu tengah mengandung sekitar enam bulanan. Perutnya tampak buncit. Kadang Zaniar mencuri pandang ke arah Bu Endang ketika sedang saling diam memikirkan soal. Ada sinar mata kelelahan dalam diri perempuan itu. Namun ketika keadaan mulai dinamis, perempuan itu begitu semangat menerangkan cara penyelesaian soal olimpiade secara efektif. Zaniar menilai, tipe seperti inilah yang cocok dengan dirinya. Pandai menyembunyikan masalah dirinya.
Hampir setengah jam Zaniar duduk. Gadis itu menjadi gelisah sendirian. Ia beranjak dari duduknya menuju ruang lobby sekolah. Di situ ada teman satu kelompoknya, Irfan, Sumanto dan Lusi.
“Lhaaa…. ini Niar. “ seru teman-teman demi melihat Zaniar datang.
“Maksudnya apa?”
“Nggak ada maksud! Iseng saja.”
“Astaghfirullaaaahh…..”
“Mending istighfar Niar!” celutuk salah satu temannya.
“Sialan kamu!”
“Naaah itu yang asli! Pakai sialan-sialan!”
“Huuuh! Sebel! Memang nggak boleh istighfar ya?” tanya Zaniar kesal.
“Aneh saja!”
“Orang tobat kok aneh!” sambung Zaniar sekenanya.
“Kamu tadinya tersesat ya Neng?”
“Iya, tersesat sampai ke Cibatu, di bukit sana!”
Memang teman-teman Zaniar tak ada yang tahu kalau dia belajar di pesantren. Makanya sebenarnya ia ingin agar tetap menjadi Zaniar yang jutek. Yang suka marah-marah ke temannya, walaupun bukan marah betulan. Zaniar sendiri juga ingin tetap memakai kata “sialan” jika kesal. Baginya yang penting asalkan tidak melanggar aturan agama dalam bicara. Tetapi namanya juga kebiasaan, kadang-kadang terbawa keluar tanpa disadari.
Kalimah thoyibah di pesantren merupakan hal yang ia dengar setiap dua hari per minggunya di Tretes. Kadang-kadang ia ingin melakukannya di kelas. Tetapi ia merasakan lucu terhadap dirinya