Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Minggu, 27 Oktober 2019

Cerpen Multazam dan Hati Haji Tua

Bulan desember 2018 pertemuan alumnus haji 2006 berlangsung.
Kali ini bertempat di rumah Haji Sujapar. Pertemuan menjaga silaturahim sesama jamaah haji tak seperti bulan lalu. Dulu di awal tahun pertama ada tiga puluh tujuh peserta. Seiring berjalannya waktu, telah banyak anggota yang meninggal.
Bulan lalu masih ada tujuh peserta yang tersisa, kini di rumah Haji Sujapar tinggal lima orang. Haji Sujapar, Haji Hambali, Haji Abdul Kohar, Hajjah Syarifah dan Hajjah Maryati.
“Kita tinggal berlima, seperti ikrar kita dulu di bulan pertama usai hajian 2010, kita akan selalu menghidupkan silaturahim ini. Sampai kapan Pak Haji Hambali?” tanya Haji Sujapar seraya tersenyum. Yang ditanya manggut-manggut.
“Sungguh sakral …..” kata Haji Hambali seperti bergumam.
“Terangkan Hajjah Maryati!” kata Haji Sujapar berganti kepada perempuan yang dikenal pendiam.
“Ikrar kita, persaudaraan haji ini sampai maut menjemput kita masing-masing.”
“Alhamdulillah …. begitulah ikrar kita dua belas tahun yang lalu.” Kata Haji Sujapar tertawa sumringah.
“Kita kan tetap mengadakan pertemuan ini sampai kapanpun, terserah mau berapa orang di antara kita yang masih diberi kesempatan hidup oleh Allah.” Sela Haji Abdul Kohar.
“Insya Allaaaaahhhh!
Dari kelima haji tersebut, Haji Sujapar adalah duda. Istrinya Hajjah Saodah telah meninggal dua tahun lalu. Haji Hambali duda sejak naik haji. Haji Abdul Kohar dan Hajjah Syarifah adalah suami istri. Yang terakhir adalah Hajjah Maryati, suaminya meninggal lima tahun yang lalu.
***
Paaak!
Haji Sujapar tergagap. Laki-laki itu tersadar dari lamunanya. Ia baru sadar rupanya baru menyadari kalau anak laki-lakinya dari tadi telah menunggunya untuk menengok anak dan memantu Hajjah Maryati yang baru pulang haji kemarin hari Jumat.
Hari itu Haji Sujapar bersama anaknya menyambut anak menantu Hajjah Maryati. Hingga agak siang keduanya berpamitan. Namun ketika sudah berada di teras, Haji Sujapar menepok jidat sendiri. Ia menepuk pundak anaknya.
“Ahmad, kamu tunggu di mobil, ayah ada perlu lagi dengan Bu Hajjah.”
“Oooo…”
“Ada yang lupa.”
“O iya Yah.”
Setelah anaknya menuju mobil, Haji Sujapar memandang Hajjah Maryati. Yang dipandang mengernyitkan dahi.
“Boleh kita bicara sedikit lagi?” tanya laki-laki itu pelan.
“Ada yang terlupakah?”