Assalaamu'alaikum!

TERIMA KASIH BANYAK SAHABAT , KALIAN SUDAH BERKUNJUNG KE SINI ............BESOK BERKUNJUNG LAGI YA, SIAPA TAHU ADA INFORMASI YANG BERMANFAAT, ATAU FIKSI-FIKSI YANG BARU YANG BERISI PESAN ......

Selasa, 13 Februari 2018

Cerpen: Doa dari WA


Sebentar lagi SMA harus ditinggalkan. Ini rasanya seperti mimpi.
Dulu ketika kelas X Sintya merasa bahwa kelas XII adalah sesuatu yang masih sangat jauh. Gadis itu hampir tak pernah menyangka bahwa waktu itu akan datang juga. Semua ia rasakan mulai saat kegiatan pendataan PDSS untuk urusan SNMPTN. Setelah itu simulasi UNBK, tes uji coba UN, UAS, dan gong-nya adalah UN.
Siang di kos-an Sintya.
"Nanti jam dua siang adalah takdir." bisik Irma, sahabat Sintya.
"Takdir ... ya, benar .... sebuah hitungan yang mirip detak jantung."
"Kita hanya bisa berdoa."
"Kita bisa mengubah takdir. Aku ingin mengubah menjadi takdir yang membahagiakan." gumam Sintya perlahan.
"Manusia tidak bisa berurusan takdir. Bagaimana mungkin sesuatu yang akan datang, tidak kita ketahui akan kita ubah? Bahkan untuk satu menit ke depanpun kita tak tahu kita bakal seperti apa ...... Masa depan adalah misteri. Yang hanya akan terkuak melalui keikhlasan dan kepasrahan setelah berusaha dan menyandarkan hasil kepada Allah."
Sintya tersenyum melihat sahabatnya yang menasehati.
"Terima kasih nasehatnya Irma."
"Mmmm... maaf, nggak Tya, itu bukan nasehat. Aku lebih sedang bicara kepada diriku sendiri. Aku dengar kalimat itu dari radio. Aku ingat, dan aku ulang."
"Seperti filosofi belajar."
"Ya begitu, aku ingat, aku ulang, aku tawakkal. Yang gitu-gitu dan sejenisnya ...."
"Jadi untuk pengumuman SNMPTN?"
"Insya Allah."
"Insya Allah apa?"
"Insya Allah kuat, apapun hasilnya!" kata Irma.
Sintya menghela nafas dalam.
Ting!
Sebuah notifikasi WA masuk. Sintya membuka HP-nya. Fahri .... gumamnya.
"Priye kabarmu Mbak?"
"Eh Fahri! Nggak lucu tahu."
"Ojo nesu-nesu!"
"Nggak lucu!"
"Wong Jatitujuh ora ngerti tah?"
"Nggak lucu! Ada apa sih?"
"Aku jadi orang Yogya Tyaaaaa!"
"What?"
"UGM!"
Gadis itu baru tersadar. Kini pukul 14.16. Waktu pengumuman telah lewat lima menit. Sintya mengingatkan Irma. Yang diingatkan tampak cemas wajahnya. Buru-buru keduanya memasukkan password dan nomor peserta di laptop masing-masing.
"Alhamdulillaaaahh! Ya Allaaah....... Tyaaaaaa..... aku diterima!" Irma berteriak demi melihat bahwa dirinya diterima di UPI Prodi BK.
"Syukur lah Irma!" komentar Sintya singkat sambil tidak mempedulikan Irma yang telah kegirangan.
"Ayo cepet Sintyaaa....."
"Huuuhhh... error saja!"
"Sintya, konsen!"
"Ini sudah."
"Itu nomor peserta siapa Tya? Nomermu kalau nggak salah ujungnya 771 deh!"
"Astaghfirullaaaah....!" kata Sintya sambil menepok jidat sendiri.
Gadis itu menghela nafas. Ia menggeleng sejenak. Ia baru sadar